Nama Kelompok:
1.
Afina Triadhani NPM: 10514401
2.
Atika Dwi Fauziyah NPM: 11514790
3. Elita Chika L NPM: 13514505
4. Meisha Jihad Yudhiana NPM: 16514556
5.
Fitriasari Rahman NPM: 14514350
6.
Nia Kezia Naftalin NPM: 17514912
7.
Raniyah Melati NPM: 18514925
8. Riany Trihatmanty M NPM:
19514236
9. Sheila Henggriani NPM:
1A514207
10.
Siti Nur Hikmah F. NPM: 1C514956
KELAS : 2PA14
1.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Hubungan interpersonal adalah suatu
aktivitas komunikasi dimana kita bukan hanya sekedar menyampaikan pesan. Jadi
ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan isi dari pesan tersebut,
tetapi kita juga memperhatikan hubungan yang sedang terjalin.
A.
Model-model Hubungan Interpersonal
Ada 4 macam hubungan interpersonal,
berikut penjelasannya:
1. Model Pertukaran Sosial (Social
Exchange Model)
Hubungan interpersonal diidentikan
dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu
yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan
ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba
(ganjaran dikurangi biaya).
2. Model Peranan (Role Model)
Hubungan interpersonal diartikan
sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang memainkan peranannya sesuai
naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu
bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role
demands), memiliki keterampilan (role skills) dan terhindar dari konflik
peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan
dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan
peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3. Model Permainan (Games People
Play Model)
Model ini menerangkan bahwa dalam
berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian
dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu:
- Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
- Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
- Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan). Pada interaksi individu menggunakan salah satu kepribadian tersebut sedang yang lain membalasnya dengan menampilkan salah satu dari kepribadian tersebut. Sebagai contoh seorang suami yang sakit dan ingin minta perhatian pada istri (kepribadian anak), kemudian istri menyadari rasa sakit suami dan merawatnya (kepribadian orang tua).
- Model Interaksional (Interactsional Model)
Model ini memandang hubungann
interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat struktural,
integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran,
peranan dan permainan.
B. Memulai
Hubungan
Tahap-tahap dalam hubungan
interpersonal, berikut penjelasannya.
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan
tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses
perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha
kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing
pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri.
Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan,
tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan
interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini,
yaitu:
–
Keakraban
(pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
–
Kontrol
(kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan menentukan
siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
–
Respon yang
tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai komunikator
salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu memberikan feedback
yang tepat).
–
Nada
emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang
berlangsung).
C. Hubungan
Peran
Dalam suatu hubungan juga perlu
adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila
kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di
antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah
hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru
sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut
sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi
harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
D. Intimasi
dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya
tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau
terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita,
sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan
kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan,
persahabatan, dan percintaan. Lebih jauh mengenai
bentuk-bentuk hubungan intim tersebut dapat dijelaskan pada bagian berikut:
1. Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada hubungan darah. Hunungan intim interpersonal
dalam persaudaraan terdapat hubungan inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada
persaudaraan itu didlamnya terkandung proximitas dan keakraban.
2. Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada dua individu yang didasarkan pada banyak
persamaan. Utamanya persamaan usia. Hubungan dalam persahabatan tidak hanya
sekedar teman, lebih dari itu diantara mereka terjalin interaksi yang sangat
tinggi sehingga mempunyai kedekatan psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila
dalam hubungan interpersonal terjadi persahabatan yaitu : sering bertemu,
merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan emosi, dan saling tergantung
diantara mereka.
3. Percintaan
Persabatan antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu
itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual. Dalam suatu persahabatan,
dapat melahirkan satu proses yang namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena
ada dua perbedaan mendasar antara persahabatan dan cinta.
E.
Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka terhadap pasangan kita.
Hal ini dapat disebabkan karena :
–
kita tidak
mengenal dan tidak menerima siapa diri kita secara utuh.
–
kita tidak
menyadari bahwa hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
–
kita tidak
percaya pasangan kita sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang
rahasia.
–
kita dibentuk
menjadi orang yang berkepribadian tertutup.
–
kita memulai
pacaran bukan dengan cinta yang tulus .
2. CINTA DAN PERKAWINAN
A. Memilih Pasangan
Banyak orang yang pikirannya terlalu pendek dalam hal memilih pasangan
sehingga gagal dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika hanya berpedoman
pada hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan atau ketampanan dan kekayaan)
maka akan sangat sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya.
Karena semua itu hanya bersifat sementara dan sangat mudah berubah. Jika jatuh
cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan atau ketampanan dan kekayaan,
maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang. Jika memang
cinta pada seseorang maka lahirlah ketampanan atau kecantikan, bukan
sebaliknya. Masalah fisik, banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi ketika
teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang tampan dan
juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa dirinya tak pantas
dan kitalah yang lebih pantas. Dalam memilih pasangan hidup, baik bagi
laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak untuk memilih yang paling
tepat sebagai pasangannya. Maka dari itu harus benar-benar diperhitungkan
ketika memilih pasangan yang baik.
B. Hubungan dalam Perkawinan
1. Romantic Love
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu.
Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini
selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
2. Dissapointment or Distress
Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki
rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari
pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha
untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan
orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang
sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa
membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap
hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah
dengan pasangannya.
3. Knowledge and Awareness
Pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami
bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk menggali
informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Pasangan yang
sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah
tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan
konsultasi perkawinan.
4. Transformation
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di
hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi
pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang
menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi.
Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan
ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
5. Real Love
“Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan,
keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.
Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami
istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami
dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang
menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua
memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan
sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
C. Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini
harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan
salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan
perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan
yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru
sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan
hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara
suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam kondisi
perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga yang harmonis.
D. Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun
dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Sebagai manusia, kita memang mempunyai
daya tarik atau daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi,
semua hal yang telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan
kehilangan daya tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi
pasangan karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau
sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Esensi dalam
pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu
kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa hal
tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati, menikah Kembali
setelah perceraian bisa menjadi kan pengalaman, tinggalkan masa lalu dan
berharap untuk masa depan yang lebih baik lagi dari pernikahan sebelumnya.
E. Alternatif Selain Pernikahan
Hidup di dalam kesendirian memang tidak mudah untuk dijalani. Namun ini
adalah suatu pilihan yang diambil di kala orang sudah putus asa untuk membina
suatu hubungan perkawinan. Misalnya seorang wanita yang sudah lebih dari satu
kali menikah dan gagal. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak bersuami dan
mengurus anak – anaknya sendiri. Ia merasa mampu karena ia pun seorang wanita
karir yang memiliki penghasilan yang cukup. Namun meskipun demikian, seseorang
yang menjalani single life pasti mengalami loneliness atau rasa kesepian.
Terlebih ketika ia sudah lanjut usia dan anak – anaknya sudah berkeluarga.
Referensi:
https://putisalla.wordpress.com/2015/06/12/tugas-ke-3-softskill-kesehatan-mental-hubungan-interpersonal-cinta-dan-perkawinan/