Sabtu, 14 Januari 2017

TUGAS 4 PSIKOLOGI MANAJEMEN #



I.                   Empowerment, Sters dan Konflik
A.    Pengertian  Empowerment
Empowerment  merupakan central them atau jiwa partisipasi yang sifatnya aktif kreatif. Pengertian konvesional, konsep pemberdayaan sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian yaitu; pertama to give power or authority to, pertama sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dan  kedua to give ability or enable pengertian kedua dipahami sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau keberdayaan.
B.     Pengertian Stres
Menurut Hawari stres dapat diartikan sebgai raksi fisik dan psikis, berupa perasaan tidak nyaman, tidak menyenangkan, atau tertekan terhadap tuntutan dan tekanan yang dihadapi. Sedangkan, menurut Lazarus dan Flokman stres terjadi bila terdapat kesenjangan dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan.
-          Sumber Stres 
        Semakin berkembang dan majunya teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan dalam dunia  makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang lebih maksimal.

       Sumber stres dari organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab yang besar), struktur organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar. 

     Sumber stres dari kehidupan, seperti kehilangan pasangan hidup. Kondisi pekerjaan, seperti kondisi lingkungan, baik lingkungan  maupun lingkungan kehidupan, overload, deprivational stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.  

     Ambiguitas dalam berperan dan faktor interpersonal, Perkembangan karir, Cita-cita, dan ambisi, Kurangnya kontrol yang dirasakan, dan Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
C.    Pengertian Konflik
Menurut Suyono, Konflik adalah suatu proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
-          Jelaskan Jenis-jenis Konflik
Jenis-jenis Konflik dibedakan dalam beberapa prespektif, antara laian:
1.      Konflik Intraindividu
Konflik ini dialami oleh individu sendiri karena adanya tekanan peran dan ekpektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
2.      Konflik Antarindividu
Konflik yang terjadi antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.
3.      Konflik Antarkelompok
Konflik yang bersifat kolektif antara satu kelompok denga kelomok lain.
4.      Konflik Organisasi
Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional.
-          Jelaskan Proses Konflik
Menurut Smith, proses terjadinya konflik sebagai berikut:
1. Tahap antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.
2.   Tahap menyadari, yaitu perbedaan mulai diekspresikan dalam bentuk suasan yang tidak mengenakkan.
3.      Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.
4.  Tahap perdebatan terbuka, yaitu perbedaan pendapatmulai ditunjukkan dengan nyata dan terbuka.
5.   Tahap Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.
D.    Cari kasus yang berkaitan dengan stres dan konflik dan berikan solusinya
-          Kasus Stress
Kasus Bunuh Diri di Kantor Semakin Tinggi

KOMPAS.com – Para peneliti di Bureo of Labor Statistic’s Census of Fatal Occupational Injury melaporkan sebanyak 1700 peristiwa bunuh diri terjadi di tempat kerja atau kantor. Laporan ini berasal dari data tahun 2003 hingga 2010. Selain itu, studi mengimbuhkan bahwa potensi karyawan pria bunuh diri 15 kali lebih tinggi ketimbang karyawan wanita.

Menurut investigasi lebih rinci, para korban bunuh diri mengalami kelelahan dan stres kerja yang berkepanjangan. Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Rasanya, sudah saatnya perusahaan besar atau kecil yang ada di dunia memperbaiki manajemen waktu dan jumlah pekerjaan yang diberikan pada karyawan. Sebab, tanggung jawab berlebih pada karyawan bisa mengakibatkan mereka merasa tertekan hingga berujung pada depresi.

“Urusan kondisi mental karyawan tidak bisa dianggap enteng. Sebab, itu berkaitan dengan kinerja mereka sekaligus kesehatan secara menyeluruh. Jika perusahaan tak juga menyikapinya dengan serius, imbasnya pada korban bunuh diri di kantor yang terus meningkat,” ujar Tiesman.

Tingkat stres dan tekanan berlanjut yang dirasakan karyawan, kata Tiesman, lebih kurang sama dengan kondisi mental pengangguran yang lelah tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Namun, jumlah dan peristiwa bunuh diri yang terjadi di kantor biasanya ditutup-tutupi sehingga tidak terdokumentasi secara resmi oleh pihak berwajib.
Studi menunjukkan bahwa perusahaan dan kantor yang bergelut di bidang hukum, pertanian, kesehatan, dan angkatan bersenjata, merupakan industri dengan jumlah korban karyawan bunuh diri paling tinggi.

Solusi:
Solusi untuk perusahann teruslah memantau perkembangan karyawannya selama bekerja sehingga kejadian seperti kasus ini berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Selain pihak perusahaan, para psikolog dan dokter juga dibutuhkan untuk terlibat menengok serta melakukan penelitian tentang kedua profesi tersebut perusahaan, jenis industri, dan jabatan yang berpeluang membuat karyawan mengalami stres dan berpotensi menyebabkan karyawan bunuh diri.

-          Kasus Konflik
Kompleksitas Konflik Lampung

Munculnya berbagai kasus kerusuhan di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa potensi konflik tak segera selesai dengan terbukanya keran demokratisasi. Dalam konteks Indonesia, Baladas Goshal (2004) telah memperingatkan, terlepas sisi positif yang dibawanya, demokratisasi juga memberikan peluang bagi meluasnya potensi konflik.Belum lama ini konflik besar kembali terjadi. Kali ini menimpa Lampung Selatan, tepatnya di wilayah Kalianda. Dalam kasus ini, soal pelecehan seksual yang diduga sebagai pemicu konflik, yang telah menelan belasan korban jiwa ini, sebenarnya hanyalah puncak dari gunung es.

Dilihat dari akar penyebabnya, kasus Lampung—dalam batas-batas tertentu— dapat dikatakan bersifat klasik. Di dalamnya melibatkan tipe konflik yang bernuansa primordial, yang mengingatkan kita pada konflik yang terjadi di Sampit, Sambas, Kalbar, dan sejumlah daerah pascareformasi. Meski sebagian kalangan melihat konflik antarkampung di Lampung ini tak terkait masalah etnisitas, mengabaikan faktor ini juga kurang tepat. Hal ini mengingat secara kasat mata pihak-pihak yang berkonflik memiliki keterkaitan kuat dengan kedua etnis yang terlibat, yakni etnis Lampung dan Bali.

Sejak kehadirannya, etnis Bali—berbeda dengan orang Jawa—dipandang membawa persoalan tersendiri bagi sebagian masyarakat Lampung. Gugus persoalan ini mencakup ”legitimasi kehadiran” masyarakat Bali yang dipandang masih bermasalah karena menempati wilayah yang belum sepenuhnya diizinkan ataupun karena perbedaan adat kebiasaan dan agama. Kenyataan pula bahwa kedua etnis relatif hidup terpisah dalam nuansa yang eksklusif (enclave). Tidak mengherankan jika kedua etnis itu kerap masih merasa asing satu dan lainnya. Hal ini terjadi terutama di Lampung Selatan dan Lampung Utara.

Solusi:
Solusi yang mungkin adalah memperbaiki kinerja dan profesionalisme aparat keamanan agar dapat lebih sensitif dan efektif mencegah serta menyelesaikan rangkaian konflik sejak dini. Dibutuhkan pula sebuah desain besar dan pelembagaan pencegahan dan penyelesaian konflik yang lebih kontekstual dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan dan masyarakat di dalamnya.

II.                Komunikasi Dalam Manajemen
A.    Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam menjabarkan pengertian antara manajer dan orang lain. Sedangkan komunikasi dalam manajemen yaitu salah satu tanggung jawab yang penting dari setiap manajer. Seringkali tampak bahwa efektivitas manajer  terletak pada keahliannya dalam mengkomunikasikan gagasan.
B.     Jelaksan Proses Komunikasi
1.      Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber atau komunikator.
2.   Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kmudian dialih bentukan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirmkan.
3.  Langkah ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuia dengan karakteristik lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
4.   Langkag keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan presepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersbut.
5.    Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mangirim kembali pesan tersebut ke komunikator.
C.    Jelaskan Hambatan Komunikasi
Menurut Robbin bahwa hambatan komunikasi terbagi menjadi:
·      Persepsi Selektif, Konsep ini muncul karena penerima dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latarbelakang, dan karakteristik, personal lainnya.
·     Informasi Berlebih, batas setiap individu dalam mengolah data terbatas dalam kapasitas tertentu. Bila individu-individu memliki lebih banyak informasi daripada yang dapat mereka pilah dan gunakan. Kecenderungan menyeleksi, mengabaikan, melewati, atau melupakan informasi. Mereka tidak perduli apakah akibatnya adalah kehilangan informasi dan komunikasi yang efektif.
·      Emosi, adalah perasaan penerima pesan pada saat menerima komunikasi yang akan mempengaruhi cara dia menginterpretasikan.
·      Bahasa, kata-kata bisa memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya merupakan tiga dari variabel-variabel yang begitu mempengaruhi bahasa yang digunakan seseorang dan definisi yang dia berikan ke kata-kata itu. Biasasnya karyawan dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, sehingga pengelompokkan karyawan ke dalam departtemen-departemen yang menciptakan spesialis-spesialis yang mengembangkan jargon atau ”bahasa teknis”.
·     Kegelisahan Komunikasi merupakan hambatan terbesar terhadap komunikasi yang efektif. Orang yang menderita kegelisahan komunikasi mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan, atau keduanya. Contohnya: orang yang cemas dengan kemampuan lisannya merasa sangat gelisah bila harus menggunakan telepon.
D.    Jelaskan Pengertian Komunikasi Interpersonal Efektif dalam Organisasi
Melalui komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan yang membuat pegawai dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan pada waktu bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja organisasi (Wursanto 1992: 60). Adanya kerjasama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja para pegawai karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses pembinaan perilakumanusia dalam organisasi.Semangat kerja dalam organisasi dapat mempengaruhi hasil kerja dan pencapaian tujuan komunikasi dan hubungan kerja yang terjadi dalam suatu instansi berkaitan dengan semangat melaksanakan pekerjaan.Komunikasi yang efektif dapat mencapai saling pengertian antara pegawai dan pimpinan sehingga terbentuk kondisi sosial yang dapat memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.Semangat kerja disini adalah karyawan secara lebih giat melaksanakantugas-tugasnya, sehingga pekerjaan akan dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik
E.     Jelaskan Model Pengolahan Informasi Dalam Komunikasi
Model Pengolahan Informasi
·         Rational
Model ini berasumsi bahwa orang beroperasi dalam model pengolahan dikontrol menggunakan prosedur analitis.
·         Limited Capacity
Model ini menunjukkan bagaimana orang menyederhanakan pengolahan informasi.
·         Expert
Model ini bergantung pada model limited capacity
·         Cybernetic
Model ini berpendapat bahwa informasi diproses dari waktu ke waktu
F.     Jelaskan Model Interaktif Manajemen Dalam Komunikasi
Model Interaktif Manajemen Dalam Komunikasi:
1.  Confidence dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.    Immediacy Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.  Interaction management adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.
4.    Expressiveness mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.   Other-orientation dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.


Sumber Referensi:
Empowerment, Sters dan Konflik
Raharjo, A. (2009). Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Wrihatnolo, R., R. (2007). Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Ibung, D. (2008). Panduan bagi Orang Tua dalam Memahami dan Membimbing Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Komunikasi Dalam Manajemen
Herujito, Y., M. (2001). Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Grasindo.
Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT. Buku Kita.
Sukoco, B., M. (2007).  Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.