Senin, 14 November 2016

TUGAS 3 PSIKOLOGI MANAJEMEN #


A.    Controlling Fungsi Manajemen
1.      Pengertian Controlling Fungsi Manajemen
Controlling fungsi manajemen merupakan serangkaian pengawasan agar pekerjaan berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan dan kegiatan untuk menyesuaikan antara pelaksanaan dan rencana-rencana yang telah ditentukan.  Fungsi terakhir manajemen ini mencakup, persiapan suatu standar kualitas dan kuantitas hasil kerja, baik berbentuk produk maupun jasa yang diberikan perusahaan/organisasi dalam upaya pencapaian tujuan kepuasan bersama, produktivitas, dan terciptanya citra yang positif.
2.      Jelaskan langkah-langkah Controlling Fungsi Manajemen
Langkah-langkah Controlling Fungsi Manajemen:
1.      Membandingkan hasil–hasil pekerjaan dengan rencana secara keseluruhan.
2.      Menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja.
3.      Membuat media pelaksanaan secara tepat.
4.      Memberitahukan media pengukur pekerjaan.
5.  Memindahkan data secara terperinci agar dapat terlihat perbandingan dan penyimpangan-penyimpangannya.
6.      Membuat saran tindakan-tindakan perbaikan jika dirasa oleh anggota.
7.  Memberitahu anggota-anggota yang bertanggung jawab terhadap pemberian penjelasan.
8.      Melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.
3.      Jelaskan tipe-tipe Controlling Fungsi Manajemen
Terdapat beberapa tipe controlling fungsi manajemen:
a.    Metode pengendalian pendahuluan, memerlukan berbagai standar kualitas dan kuantitas yang layak dari berbagai masukan (input) seperti material, keuangan, modal, dan sumber daya manusia. Informasi membantu manajer menentukan apakah berbagai sumber daya tersebut memenuhi standar.
b.  Metode pegendalian bersamaan (concurrent controls), memerlukan standar perilaku, kegiatan dan pelaksanaan kegiatan yang layak. Makin banyak karyawan yang kecewa, apalagi ditindak lanjuti dengan pengunduran diri, dapat mencirikan buruknya manajemen SDM.
c.       Metode pengendalian umpan balik (feedback control)
Mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dnegan standar.
4.      Membuat strategi controlling untuk sebuah organisasi.
       Menetapkan standar dan metode untuk mengukur prestasi
Menentukan apa saja yang menjadi standar dalam mengukur prestasi pegawai
       Mengukur prestasi kerja
Melihat apa saja prestasi-prestasi yang telah dicapai oleh pegawai selama pegawai tersebut bekerja.
    Membandingkan apakah prestasi kerja sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan
Melakukan perbandingan dari data hasil prestasi yang dicapai oleh pegawai dengan data standar yang telah ditentukan untuk megukur prestasi pegawai tersebut apakah prestasi yang telah dicapai sudah sesuai dengan standar yang ditemtukan
        Pengambilan tindakan koreksi atau perbaikan
Setelah melakukan perbandingan maka ditentukan apakah pegawai melakukan penyimpangan atau tidak dalam hasil prestasi yang diperoleh oleh pegawai. Jika pegawai malakukan penyimpangan maka pegawai akan di koreksi mengenai bagaimana kinerja pegawai tersebut selama ini dan jika tidak maka akan di perbaiki dan ditingkatkan lagi dari hasil prestasi yang telah dicapai selama pegawai bekerja.



B.     Kekuasaan dan Pengaruh
1.      Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai  dengan kewenangan yang diberikan. Kekuasaan merupakan bagian dalam organisasi, dalam organisasi pentingnya kekuasaan dalam konteks penyelesaian masalah. Setiap interaksi hubungan sosial dalam organisasi terkait dengan kekuasaan.
2.      Jelaskan sumber-sumber kekuasaan
Kekuasaan sumber kekuasaan terdiri dari tiga macam:
1)      Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
·       Kekuasaan formal atau legal
Termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presden atau perdana menteri dan sebagainya yang mendapat kekuasaannya karena ditunjuk dan diperkuat dengan peaturan atau perundangan resmi.
·       Kendali atas sumber dan ganjaran
Mejikan yang mengagaji karyawannya, pemilik sawah yang menupah buruhnya dll.
·       Kendali atas hukuman
Ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasanya juga terkait dengan kendali atas hukuman.
·       Kendali atas informasi
Misalkan murid yang selalu punya bocoran soal ulangan juga dianggap sebagai pemimpin oleh kawan-kawannya setiap menjelang ulangan umum.
·       Kendali ekologik (lingkungan)
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekeyasaan situasi. Contohnya adalah kendali atas penempatan jabatan, seornag atasan, manajer, kepala bagian personalia mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
2)      Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
Berbeda dari kekuasaan yang bersumber pada kedudukan , kekuasaan yang bersumber pada kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu:
·      Keahlian atau ketrampilan
Pasien-pasien yang menganggap dokter sebagai seseorang yang ahli untuk menyembuhkan penyakit.
·      Persahabatan atau kesetiaan
Sifat dapat bergaul, sifat kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
·      Karisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
3)      Kekuasaan yang bersumber pada politik
·      Kendali atau proses pembuatan keputusan
Dalam organisasi, ketua menentukan apakah suatu keputusan akan dibuat atau tidak.
·      Koalisi
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama dengan kelompok lain.
·      Partisipasi
Pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota itu berpartisipasi, dan sebagainya.
·      Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami –istri, menentukan terbentuknya keluarga baru.
3.      Pengertian Pengaruh
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan, dimana kjika seseorang yang dipengaruhi agar bertindak dengancara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
4.      Jelaskan pengaruh taktik dalam organisasi
Pengaruh taktik terdiri dari sembilan macam, yaitu
Legitimasi, mengendalikan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
Persuasi rasional, menyajikan argumen-argumen yang logis dan berbagai bukti faktual untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
Seruan inspirasional, mengembangkan komitmen emosional dengan cara menyerukan nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan aspirasi sebuah sasaran.
Konsultasi, meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran dengan cara melibatkannyadalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan akan dijalankan.
Tukar pendapat, memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau penghargaan lain sabagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
Seruan pribadi, meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
Menyenangkan orang lain, menggunakan rayuan,pujian, atau perilaku bersahabat sebelum membuat permintaan.
 Tekanan, menggunkan peringatan, tuntutan tegas, dan ancaman.
Koalisi, meminta bantuan orang lain untuk membujuk saaran (target) atau menggunakan dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.
5.      Cari kasus tentang kekuasaan dan pengaruh pada sebuah organisasi dan berikan saran. 
"Kasus Irman Gusman Buktikan Kekuasaan Cenderung Disalahgunakan"
Semarang - Kasus suap yang menimpa Ketua DPD Irman Gusman  membuktikan adagium bahwa kekuasaan memiliki kecenderungan untuk disalahgunakan. Penyalahgunaan kekuasaan bisa dilakukan dengan berbagai modus, salah satunya menggunakan pengaruh jabatan yang diemban oleh seseorang. "Saya ingin mengatakan bahwa kasus yang menimpa IG semakin menguatkan dan membuktikan adagium kekuasaan itu," tegas pengamat hukum dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Umbu Rauta kepada SP, Senin (19/9).
Umbu menegaskan, kasus yang menimpa IG menjadi sorotan publik, karena yang bersangkutan adalah salah satu pimpinan lembaga negara yang seharusnya menjadi panutan dan tauladan bagi publik dalam memerangi berbagai modus korupsi dan kolusi.
"Namun pada kenyataannya, publik dibuat tercengang, karena tokoh yang dikenal antikorupsi, justru berbuat yang sebaliknya. Publik bisa kecewa, karena satu per satu tokoh yang semula diakui sebagai tokoh yang santun dan antikorupsi justru terlibat dalam kasus korupsi," ujarnya.
Umbu mengharapkan, adanya upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi oleh KPK dan lembaga penegak hukum lainnya, terkait kian banyaknya kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik dan tokoh terkemuka di negeri ini.
"Yang tidak kalah penting lagi, yaitu modal dasar dalam diri seseorang penyelenggara negara yaitu niat baik dan tulus untuk mengemban jabatan yang telah dipercayakan," tandasnya.
Saran:
Sebaiknya untuk para pimpinan baik untuk di lembaga Negara maupun pemimpin diorganisasi manapun, saya harap tidak melakukan tindakan korupsi lagi untuk selanjutnya dan tidak menyalahgunakan kekuasaannya. Karena, seharusnya seorang pemimpin itu melakukan sesuatu yang dijadikan panutan untuk orang-orang namun, dengan adanya kasus ini justru membuat namanya tidak baik lagi. Sehingga, lebih baik ketika menjadi sesorang pemimpin seharusnya menunjukkan hal-hal yang positif agar menjadi panutan orang-orang sekitar yang nantinya dapat mempengaruhi pandangan-pandangan negatif orang lain mengenai kekuasaan seseorang menjadi pandangan yang positif dalam menjalankan kekuasaannya disuatu organisasi.


Sumber:
Astuty, T. (2015). Ekonomi rangkuman inti sari ekonomi lengkap. Jakarta: Vicosta Publishing.
Budiardjo, M. (2008). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pangarso, A. (2016). Perilaku organisasi. Yogyakarta: Deepublish.
Robbins, S., P. & Judge, T., A. (2007). Perilaku organisasi. Jakarta: Edward Tanujaya.
Sarwono, S., W. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Umar, H. (2003). Bisiness an introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.