Senin, 06 April 2015

KREATIVITAS dan KEBERBAKATAN


A.    Teori-teori mengenai kreativitas
             I.    Teori-teori pendorong kreativitas meliputi :
a.      Motivasi instrinstik untuk Kreativitas
Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, dorongan ini merupaan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingunganya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Dorongan pada setiap oranf dan bersifat internal, ada dalam diri individu sendiri, namun membutuhan kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
b.      Kondisi Eksternal yang mendorong perilaku kreatif
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi, penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkink konstan timbulnya kreativitas yang konstruktif.
Ø  Keamanan Psikologis, ini dapat terbentuk dengan tiga proses yang saling berhubungan:
1.  Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala elebihan  dan   keterbatasanya
2.     Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada.
3.   Memberikan pengertian secara empatis. Mengenal dan ikut menghayati perasaan-perasaan, anak-anak, tindakan-tindakanya, dapat melihat dari sudut pandang anak tetap menerimanya
Ø  Kebebasan Psikologis
Permissiveness ini memberikan pada anak kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Mengekspresikan dalam tindakan konkret perasaan-perasaanya tidak selalu dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi ekspresi secara simbolis hendaknya dimungkinkan
                II.   Teori-teori tentang proses kreatif, meliputi
a. Teori Wallas
Teori Wallas yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu, persiapan, inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Pada tahap pertama orang seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah denganj belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan mencari dan menghimpun data/informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut. tahap iluminasi ialah tahap timbulnya insight atau “aha-erlebnis” saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-prosespsikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah tahap dimana idea tau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas.
b. Teori tentang belahan otak kanan dan kiri
Hampir setiap orang mempunyai sisi yang lebih dominan maka dikatakan bahwa otak dikuasi oleh hemisfer yang bertentangan, pada umumnya orang lebih bisa menggunakan tangan kanan tetapi ada juga orang-orang yang bertangan kidal (left-hand), belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi kreatif sehingga terjadi “dichotomania”, membagi-bagi semua fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan atau kiri.
              III.   Teori-teori yang melandasi produk kreatif, meliputi
Cropley (1994) menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif (Wallas) dan produk yang dicapai. Ia meneankan bahwa perilaku kreatif memerlukan kombinasi antara cirri-ciri psikologis yang berinteraksi sebagai berikut: Sebagai hasil berpikir konvergen atau intelegensi, manusia memiliki seperangkat unsure-unsur mental.  Pemikir divergen mampu menggabungkan unsure-unsur dengan cara-cara yang tidak lazim dan tidak diduga.
a. Penilaian produk penemuan dalam hukum paten
Hukum paten AS mempertimbangkan unsure-unsur berikut dalam memberikan hak paten kepada investor, yaitu:
1. Kegiatan intelektual yang bermutu mendahului penemuan
2. Gagasanya jelas dalam mengatasi masalah
3. Jumlah eksperimental yang di lakukan sebelum mencapai produk baru dianggap penting
4. Sejauh mana telag mengalami kegagalan
5. Produk harus berguna dan merupakan kemajuan
6. Produk terutama dinilai kreatrif jika ada orang-orang dalam bidang kegiatan tersebut sebelumnya menunjukkan keragu-raguan tentang kemungkinan penemuan yang baru
7. Produk harus memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi.
Patokan dari hak paten cukup membantu, tetapi tidak cukup spesifik untuk penilaian secara ilmiah.
b.      Model dari Besemer dan Trefinger
Besemer dan Treffinger, mengembangkan teori yang saling mengaitkan dan menyimpulkan gagasan tersebut. istilah produk dalam hal ini tidak terbatas dalam produk komersial, tetapi meliputi eragaman benda atau gagasan. Besemer dan Treffinger menyaranan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu kebaruan (novelty), pemecahan (resolution), serta kerincian (elaboration) dan sintesis. Masing-masing dan ketiga kategori ini meliputi sejumlah atribut. Modal ini disebut “Creative Product Analysis Matrix” (CPAM). Kebaruan menurut Besemer dan Treffinger adalah sejauh mana produk itu baru. Produk itu orisinal dalam arti sangat langka diantara produk-produk yang dibuat oleh orang-orang dengan pengalaman dan pelatihan yang sama. Pemecahan (resolution) menyangkut derajat sejauh mana produk ini memenuhi kebutu8han dari situasi bermasalah.
 Tiga kriteria dalam dimensi ini ialah, bahwa produk itu harus bermakna (valuable) menurut para pengamat, karena memenuhi kebutuhan logis, dengan mengikuti aturan yang ditentukan dalam bidang tertentu dan berguna karena dapat diterapkan secara pratis. Elaborasi dan sintesis dimensi ini merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsure-unsur yang tidak serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Lima kriteria untuk menilai hal ini adalah, produk itu harus organis, elegan, kompleks, dapat dipahami, dan menunjukkan keahlian atau keterampilan yang baik.
c.       Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang
Skema penilaian tersebut meliputi 4 kritera dari berpikir kreatif, yaitu :
Ø  Kelancaran, didasarkan atas jumlah kata yang digunaan dalam karangan tersebut.
Ø  Kelenturan (flesibilitas), meliputi kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam konten atau gagasan
Ø Keaslian (orisinalitas) sejauh mana konten atau gaya pemiiran karangan menunjukkan orisinilitas.
Ø  Kerincian, ialah kemampuan untuk membumbui atau menghiasi cerita sehingga tampak lebih kaya

B.     Keberbakatan dan kreativitas
I.       Pengertian keberbakatan dan kaitannya dengan pengertian kreativitas yang meliputi
a.      Pengertian keberbakatan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur otak.  Definisi Columbus Group, bakat adalah 'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata, mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang secara kualitatif berbeda dengan orang normal.
Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab.
Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi, bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.
Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi. 
Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup.
Dilihat dari sudut pandang berdimensi ganda, keberbakatan adalah kemampuan unjuk kerja yang tinggi di dalam aspek intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu. Dalam konsep luas dan terpadu, keberbakatan merupakan kecakapan intelektual superior, yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan akademiak di dalam kelompok populasinya dan atau berbakat tinggi dalam bidang tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan sosial dan perilaku kreatif tertentu dalam interaksidengan lingkungan dimana kecakapan dan unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten.
Anak berbakat didefinisikan oleh USOE (United States Office of Education) sebagai anak-anak yang dapat membuktikan kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik, dan mereka yang membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.
Karakteristik anak berbakat adalah :
1.Memiliki tingkat inisiatif, imajinasi dan kreatifitas yang juga  demikian tinggi.
2.Namun sebaliknya dibalik kelebihan itu seringkali disertai penyimpangan beberapa perilaku seperti gangguan sosialisasi, emosi tinggi dan labil, agresifitas tinggi, gangguan konsentrasi, impulsifitas tinggi, gangguan tidur, hiperaktif dan beberapa gangguan perilaku lainnya.
3.Rasa tidak puas yng beralasan, yang bagi anak-anak lain puas/menerima begitu saja akan hal-hal ilmiah.
4.Kemauan untuk bekerja sendirian dalam jangka waktu yang lama.
5.Kemampuan melihat adanya hubungan di antara bermacam-macam unsur dalam satu situasi tertentu.
6.Kemampuan yang tinggi di bidang matematika, membaca, mengungkapkan ide-ide scienci, menggenerelisasikan hal-ihwal, berpikir kuantitatif.
Renzulli menarik kesimpulan bahwa yang menentukan keberbakatan seseorang pada hakikatnya adalah tiga kelompok ciri-ciri sebagai berikut:
·         Kemampuan di atas rata-rata
·         Kreativitas tinggi
·         Pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap tugas (task commitment)
Di Indonesia pendidikan  keberbakatan menempati posisi penting dan mendapatkan legitimasi hukum. Banyak kebijakan pemerintah yang berbentuk UU,Perpu,PP dan lain sebaginya yang pada intinya mengatur tentang pendidikan khusus bagi masyarakat. Imbas dari hal itu dapat dilihat dari beberapa formulasi-formulasi yang melahirkan gagasan tentang pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, diantaranya anak-anak berbakat yang dalam perkembangannya, hal itu terwujud dalam bentuk-bentuk pendidikan alternative semisal homeschooling,sekolah khusus dan lain-lain.
b.      Hubungan keberbakatan dan kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan (1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.      Kemampuan umum di atas rata – rata,
2.      Kreativitas di atas rata – rata, dan
3.      Pengikatan diri terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
                                                                     1.         Kemampuan diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif.
Sebagai contoh adalah penalaran, verbal numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di samping kreativitas dan “task – commitment”.
                                                                     2.         Kreativitas diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak / orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk  melihat hubungan – hubungan baru antara unsur – unsur yang sudah ada sebelumnya.
                                                                     3.         Pengikatan diri terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan: kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas). Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
Sumber:

http://unaisatuzzahro.blogspot.com/2011/11/makalah-psikologi-kreativitas.html