A.
Teori-teori
mengenai kreativitas
I. Teori-teori
pendorong kreativitas meliputi :
a.
Motivasi instrinstik untuk Kreativitas
Pada setiap orang ada kecenderungan atau
dorongan untuk mewujudkan potensinya, dorongan ini merupaan motivasi primer
untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan
lingunganya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Dorongan pada setiap oranf
dan bersifat internal, ada dalam diri individu sendiri, namun membutuhan
kondisi yang tepat untuk diekspresikan.
b.
Kondisi Eksternal yang mendorong
perilaku kreatif
Menurut pengalaman Rogers dalam psikoterapi,
penciptaan kondisi keamanan dan kebebasan psikologis memungkink konstan
timbulnya kreativitas yang konstruktif.
Ø Keamanan
Psikologis, ini dapat terbentuk dengan tiga proses yang saling berhubungan:
1. Menerima individu sebagaimana adanya dengan
segala elebihan dan keterbatasanya
2. Mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi
eksternal tidak ada.
3. Memberikan pengertian secara empatis. Mengenal
dan ikut menghayati perasaan-perasaan, anak-anak, tindakan-tindakanya, dapat
melihat dari sudut pandang anak tetap menerimanya
Ø Kebebasan
Psikologis
Permissiveness ini memberikan pada anak
kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.
Mengekspresikan dalam tindakan konkret perasaan-perasaanya tidak selalu
dimungkinkan, karena hidup dalam masyarakat selalu ada batas-batasnya, tetapi
ekspresi secara simbolis hendaknya dimungkinkan
II. Teori-teori
tentang proses kreatif, meliputi
a. Teori Wallas
Teori Wallas yang menyatakan bahwa proses
kreatif meliputi empat tahap yaitu, persiapan,
inkubasi, iluminasi dan verifikasi. Pada tahap pertama orang seseorang
mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah denganj belajar berpikir, mencari
jawaban, bertanya kepada orang dan sebagainya. Pada tahap kedua, kegiatan
mencari dan menghimpun data/informasi tidak dilanjutkan. Tahap inkubasi ialah
tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri untuk sementara dari masalah
tersebut. tahap iluminasi ialah tahap timbulnya insight atau “aha-erlebnis” saat timbulnya inspirasi
atau gagasan baru, beserta proses-prosespsikologis yang mengawali dan mengikuti
munculnya inspirasi/gagasan baru. Tahap verifikasi atau tahap evaluasi ialah
tahap dimana idea tau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas.
b. Teori
tentang belahan otak kanan dan kiri
Hampir setiap orang mempunyai sisi yang lebih
dominan maka dikatakan bahwa otak dikuasi oleh hemisfer yang bertentangan, pada
umumnya orang lebih bisa menggunakan tangan kanan tetapi ada juga orang-orang
yang bertangan kidal (left-hand), belahan otak kanan terutama berkaitan dengan fungsi kreatif
sehingga terjadi “dichotomania”,
membagi-bagi semua fungsi mental menjadi fungsi belahan otak kanan atau kiri.
III. Teori-teori yang melandasi produk kreatif,
meliputi
Cropley (1994)
menunjukkan hubungan antara tahap-tahap proses kreatif (Wallas) dan produk yang
dicapai. Ia meneankan bahwa perilaku kreatif memerlukan kombinasi antara
cirri-ciri psikologis yang berinteraksi sebagai berikut: Sebagai hasil berpikir
konvergen atau intelegensi, manusia memiliki seperangkat unsure-unsur
mental. Pemikir divergen mampu
menggabungkan unsure-unsur dengan cara-cara yang tidak lazim dan tidak diduga.
a. Penilaian
produk penemuan dalam hukum paten
Hukum paten AS mempertimbangkan unsure-unsur
berikut dalam memberikan hak paten kepada investor, yaitu:
1. Kegiatan intelektual yang bermutu mendahului
penemuan
2. Gagasanya jelas dalam mengatasi masalah
3. Jumlah
eksperimental yang di lakukan sebelum mencapai produk baru dianggap penting
4. Sejauh
mana telag mengalami kegagalan
5. Produk harus berguna dan merupakan kemajuan
6. Produk
terutama dinilai kreatrif jika ada orang-orang dalam bidang kegiatan tersebut
sebelumnya menunjukkan keragu-raguan tentang kemungkinan penemuan yang baru
7. Produk harus memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi.
Patokan dari hak paten cukup membantu, tetapi
tidak cukup spesifik untuk penilaian secara ilmiah.
b.
Model dari Besemer dan Trefinger
Besemer dan Treffinger, mengembangkan teori
yang saling mengaitkan dan menyimpulkan gagasan tersebut. istilah produk dalam
hal ini tidak terbatas dalam produk komersial, tetapi meliputi eragaman benda
atau gagasan. Besemer dan Treffinger menyaranan bahwa produk kreatif dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu kebaruan (novelty), pemecahan (resolution),
serta kerincian (elaboration) dan
sintesis. Masing-masing dan ketiga kategori ini meliputi sejumlah atribut.
Modal ini disebut “Creative Product
Analysis Matrix” (CPAM). Kebaruan menurut Besemer dan Treffinger adalah
sejauh mana produk itu baru. Produk itu orisinal
dalam arti sangat langka diantara produk-produk yang dibuat oleh orang-orang
dengan pengalaman dan pelatihan yang sama. Pemecahan (resolution) menyangkut derajat sejauh mana produk ini memenuhi
kebutu8han dari situasi bermasalah.
Tiga
kriteria dalam dimensi ini ialah, bahwa produk itu harus bermakna (valuable) menurut para pengamat, karena
memenuhi kebutuhan logis, dengan mengikuti aturan yang ditentukan dalam bidang
tertentu dan berguna karena dapat diterapkan secara pratis. Elaborasi dan sintesis dimensi ini
merujuk pada derajat sejauh mana produk itu menggabungkan unsure-unsur yang
tidak serupa menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren. Lima kriteria untuk
menilai hal ini adalah, produk itu harus organis,
elegan, kompleks, dapat dipahami, dan menunjukkan keahlian atau
keterampilan yang baik.
c.
Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang
Skema penilaian tersebut meliputi 4 kritera
dari berpikir kreatif, yaitu :
Ø Kelancaran,
didasarkan atas jumlah kata yang digunaan dalam karangan tersebut.
Ø Kelenturan (flesibilitas), meliputi kelenturan
dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam konten atau gagasan
Ø Keaslian (orisinalitas) sejauh mana konten atau
gaya pemiiran karangan menunjukkan orisinilitas.
Ø Kerincian,
ialah kemampuan untuk membumbui atau menghiasi cerita sehingga tampak lebih
kaya
B.
Keberbakatan
dan kreativitas
I.
Pengertian
keberbakatan dan kaitannya dengan pengertian kreativitas yang meliputi
a.
Pengertian keberbakatan
Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu
yang melekat (inherent) dalam diri seseorang, merupakan bawaan sejak lahir dan
terkait dengan struktur otak. Definisi Columbus Group, bakat adalah
'asynchronous development', yakni kemampuan kognitif di atas rata-rata,
mempunyai intensitas kuat yang dipadu dengan pengalaman dan kesadaran diri yang
secara kualitatif berbeda dengan orang normal.
Renzulli (1981), bakat merupakan gabungan dari
tiga unsur esensial yang sama pentingnya dalam menentukan keberbakatan
seseorang, yakni kecerdasan, kreativitas, dan tanggungjawab.
Menurut Tedjasaputra, MS (2003), bakat adalah
kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan memungkinkan
mencapai kecakapan, pengetahuaan dan keterampilan khusus.
Menurut Widodo Judarwanto 2007, keberbakatan
adalah kemampuan intelektual atau kecerdasan diantaranya meliputi kemampuan
intelektual musik, matematika, fisika, kimia, elektronika, informasi tehnologi,
bahasa, olahraga dan berbagai tingkat kecerdasan di berbagai bidang lainnya
yang kemampuannya jauh di atas rata-rata anak seusianya.
Menurut Galton 2002, kebeberbakatan merupakan
kemampuan alami yang luar biasa, diperoleh dari kombinasi sifat-sifat yang
meliputi kapasitas intelektual, kemauan yang kuat, dan unjuk kerja.
Menurut Renzulli 2002, keberbakatan merupakan
interaksi antara kemampuan umum dan/atau spesifik, tingkat tanggung jawab
terhadap tugas yang tinggi dan tingkat kreativitas yang tinggi.
Menurut Clark (1986), keberbakatan adalah
ciri-ciri universal yang khusus dan luar biasa, yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungan. Keberbakatan ikut
ditentukan oleh kebutuhan dan kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang
berbakat itu hidup.
Dilihat dari sudut pandang berdimensi ganda,
keberbakatan adalah kemampuan unjuk kerja yang tinggi di dalam aspek
intelektual, kreativitas, seni, kepemimpinan, atau bidang akademik tertentu.
Dalam konsep luas dan terpadu, keberbakatan merupakan kecakapan intelektual
superior, yang secara potensial dan fungsional mampu mencapai keunggulan
akademiak di dalam kelompok populasinya dan atau berbakat tinggi dalam bidang
tertentu, seperti matematika, IPA, seni, musik, kepemimpinan sosial dan
perilaku kreatif tertentu dalam interaksidengan lingkungan dimana kecakapan dan
unjuk kerjanya itu ditampilkan secara konsisten.
Anak berbakat didefinisikan oleh USOE (United
States Office of Education) sebagai anak-anak yang dapat membuktikan kemampuan
berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual, kreatif,
artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik, dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di
sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya.
Karakteristik anak berbakat adalah :
1.Memiliki tingkat inisiatif, imajinasi dan
kreatifitas yang juga demikian tinggi.
2.Namun sebaliknya dibalik kelebihan itu
seringkali disertai penyimpangan beberapa perilaku seperti gangguan
sosialisasi, emosi tinggi dan labil, agresifitas tinggi, gangguan konsentrasi,
impulsifitas tinggi, gangguan tidur, hiperaktif dan beberapa gangguan perilaku
lainnya.
3.Rasa tidak puas yng beralasan, yang bagi
anak-anak lain puas/menerima begitu saja akan hal-hal ilmiah.
4.Kemauan untuk bekerja sendirian dalam jangka
waktu yang lama.
5.Kemampuan melihat adanya hubungan di antara
bermacam-macam unsur dalam satu situasi tertentu.
6.Kemampuan yang tinggi di bidang matematika,
membaca, mengungkapkan ide-ide scienci, menggenerelisasikan hal-ihwal, berpikir
kuantitatif.
Renzulli menarik kesimpulan bahwa yang
menentukan keberbakatan seseorang pada hakikatnya adalah tiga kelompok
ciri-ciri sebagai berikut:
·
Kemampuan di atas rata-rata
·
Kreativitas tinggi
·
Pengikatan diri atau tanggung jawab terhadap
tugas (task commitment)
Di Indonesia pendidikan keberbakatan
menempati posisi penting dan mendapatkan legitimasi hukum. Banyak kebijakan
pemerintah yang berbentuk UU,Perpu,PP dan lain sebaginya yang pada intinya
mengatur tentang pendidikan khusus bagi masyarakat. Imbas dari hal itu dapat
dilihat dari beberapa formulasi-formulasi yang melahirkan gagasan tentang
pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, diantaranya anak-anak
berbakat yang dalam perkembangannya, hal itu terwujud dalam bentuk-bentuk
pendidikan alternative semisal homeschooling,sekolah khusus dan lain-lain.
b.
Hubungan
keberbakatan dan kreativitas
Konsepsi “ Three-Ring Conception” dari
Renzulli dan kawan – kawan (1981), yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang
merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan ialah keterkaitan antara :
1.
Kemampuan umum
di atas rata – rata,
2.
Kreativitas di
atas rata – rata, dan
3.
Pengikatan diri
terhadap tugas ( task commitment cukup tinggi)
1.
Kemampuan
diatas rata – rata
Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak
berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan sebagaimana diukur
dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan dan produktivitas
kreatif seseorang. Bahkan Terman ( 1959) yang dalam penelitiannya terhadap anak
berbakat hanya menggunakan kriteria inteligen, dalam tulisan – tulisannya
kemudian mengakui bahwa inteligensi tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan.
Wallach ( 1976 ) pun menunjukkan bahwa mencapai skor tertinggi pada tes
akademis belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif produktif.
Dalam istilah “ kemampuan umum” tercakup
barbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi,
bakat, kemampuan, mental primer, dan berpikir kreatif.
Sebagai contoh adalah penalaran, verbal
numerical, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan
orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah atu kelompok keberbakatan di
samping kreativitas dan “task – commitment”.
2.
Kreativitas
diatas rata -rata
Kelompok ( cluster) kedua yang dimiliki anak /
orang berbakat ialah kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan – gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan – hubungan baru antara unsur
– unsur yang sudah ada sebelumnya.
3.
Pengikatan diri
terhadap tugas
Kelompok karakteristik yang ketiga yang
ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri terhadap
tugas sebagai bentuk motivasi yang internal yang mendorong seseorang untuk
tekun dan ulet mengerjakan tugasnya, meskipun mengalami macam – macam rintangan
atau hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, karena ia
telah mengikatkan diri terhadap tugas tersebut atas kehendaknya sendiri.
Galton meskipun menganut pandangan dasar
genetis untuk keberbakatan dan “ genius “, namun dia percaya bahwa motivasi
intrinsic dan kapasitas untuk bekerja keras merupakan kondisi yang perlu untuk
mencapai prestasi unggul.
Manfaat dari definisi Renzulli ialah melihat
keterkaitan antara tiga kelompok ciri sebagai persyaratan keberbakatan:
kemampuan umum, kreativitas, dan motivasi ( pengikatan diri terhadap tugas).
Jadi, menurut definisi Renzulli, seseorang yang memiliki kreativitas pasti
berbakat, tetapi seseorang yang berbakat belum tentu memiliki kreativitas.
Sumber:
http://unaisatuzzahro.blogspot.com/2011/11/makalah-psikologi-kreativitas.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar