I.
Empowerment,
Sters dan Konflik
A.
Pengertian Empowerment
Empowerment merupakan central them atau jiwa partisipasi
yang sifatnya aktif kreatif. Pengertian konvesional, konsep pemberdayaan
sebagai terjemahan empowerment mengandung dua pengertian yaitu; pertama to give
power or authority to, pertama sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dan
kedua to give ability or enable pengertian kedua dipahami sebagai upaya untuk
memberikan kemampuan atau keberdayaan.
B. Pengertian Stres
Menurut Hawari stres
dapat diartikan sebgai raksi fisik dan psikis, berupa perasaan tidak nyaman,
tidak menyenangkan, atau tertekan terhadap tuntutan dan tekanan yang dihadapi.
Sedangkan, menurut Lazarus dan Flokman stres terjadi bila terdapat kesenjangan
dan ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan.
-
Sumber Stres
Semakin berkembang dan majunya teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan dalam dunia makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang lebih maksimal.
Sumber stres dari organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab yang besar), struktur organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar.
Sumber stres dari kehidupan, seperti kehilangan pasangan hidup. Kondisi pekerjaan, seperti kondisi lingkungan, baik lingkungan maupun lingkungan kehidupan, overload, deprivational stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.
Ambiguitas dalam berperan dan faktor interpersonal, Perkembangan karir, Cita-cita, dan ambisi, Kurangnya kontrol yang dirasakan, dan Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
Semakin berkembang dan majunya teknologi, tuntutan untuk menjadi yang lebih baik membuat persaingan dalam dunia makin pesat dan makin ketat, sehingga menuntut kinerja yang lebih maksimal.
Sumber stres dari organisasi (seperti tuntutan-tuntutan, dan tanggungjawab yang besar), struktur organisasi, hubungan dalam organisasi, keberadaan organisasi, dan hubungan organisasi dengan pihak luar.
Sumber stres dari kehidupan, seperti kehilangan pasangan hidup. Kondisi pekerjaan, seperti kondisi lingkungan, baik lingkungan maupun lingkungan kehidupan, overload, deprivational stress, pekerjaan berisiko tinggi dan iklim.
Ambiguitas dalam berperan dan faktor interpersonal, Perkembangan karir, Cita-cita, dan ambisi, Kurangnya kontrol yang dirasakan, dan Diri individu, seperti usia, kondisi fisik, dan faktor kepribadian.
C.
Pengertian
Konflik
Menurut Suyono, Konflik
adalah suatu proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan
tercapainya tujuan masing-masing yang disebabkan adanya perbedaan pendapat,
nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
-
Jelaskan Jenis-jenis Konflik
Jenis-jenis Konflik
dibedakan dalam beberapa prespektif, antara laian:
1. Konflik
Intraindividu
Konflik ini dialami
oleh individu sendiri karena adanya tekanan peran dan ekpektasi di luar berbeda
dengan keinginan atau harapannya.
2. Konflik
Antarindividu
Konflik yang terjadi
antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok
yang berbeda.
3. Konflik
Antarkelompok
Konflik yang bersifat
kolektif antara satu kelompok denga kelomok lain.
4. Konflik
Organisasi
Konflik yang terjadi
antara unit organisasi yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat
struktural maupun fungsional.
-
Jelaskan Proses Konflik
Menurut Smith, proses
terjadinya konflik sebagai berikut:
1. Tahap
antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.
2. Tahap
menyadari, yaitu perbedaan mulai diekspresikan dalam bentuk suasan yang tidak
mengenakkan.
3. Tahap
pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.
4. Tahap
perdebatan terbuka, yaitu perbedaan pendapatmulai ditunjukkan dengan nyata dan
terbuka.
5. Tahap
Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan kehendaknya
kepada pihak lain.
D.
Cari
kasus yang berkaitan dengan stres dan konflik dan berikan solusinya
-
Kasus Stress
Kasus Bunuh Diri di
Kantor Semakin Tinggi
KOMPAS.com – Para
peneliti di Bureo of Labor Statistic’s Census of Fatal Occupational Injury melaporkan
sebanyak 1700 peristiwa bunuh diri terjadi di tempat kerja atau kantor. Laporan
ini berasal dari data tahun 2003 hingga 2010. Selain itu, studi mengimbuhkan
bahwa potensi karyawan pria bunuh diri 15 kali lebih tinggi ketimbang karyawan
wanita.
Menurut investigasi
lebih rinci, para korban bunuh diri mengalami kelelahan dan stres kerja yang
berkepanjangan. Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan. Rasanya, sudah
saatnya perusahaan besar atau kecil yang ada di dunia memperbaiki manajemen
waktu dan jumlah pekerjaan yang diberikan pada karyawan. Sebab, tanggung jawab
berlebih pada karyawan bisa mengakibatkan mereka merasa tertekan hingga
berujung pada depresi.
“Urusan kondisi mental
karyawan tidak bisa dianggap enteng. Sebab, itu berkaitan dengan kinerja mereka
sekaligus kesehatan secara menyeluruh. Jika perusahaan tak juga menyikapinya
dengan serius, imbasnya pada korban bunuh diri di kantor yang terus meningkat,”
ujar Tiesman.
Tingkat stres dan
tekanan berlanjut yang dirasakan karyawan, kata Tiesman, lebih kurang sama
dengan kondisi mental pengangguran yang lelah tak kunjung mendapatkan
pekerjaan. Namun, jumlah dan peristiwa bunuh diri yang terjadi di kantor
biasanya ditutup-tutupi sehingga tidak terdokumentasi secara resmi oleh pihak
berwajib.
Studi menunjukkan bahwa
perusahaan dan kantor yang bergelut di bidang hukum, pertanian, kesehatan, dan
angkatan bersenjata, merupakan industri dengan jumlah korban karyawan bunuh
diri paling tinggi.
Solusi:
Solusi untuk perusahann
teruslah memantau perkembangan karyawannya selama bekerja sehingga kejadian
seperti kasus ini berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Selain pihak
perusahaan, para psikolog dan dokter juga dibutuhkan untuk terlibat menengok
serta melakukan penelitian tentang kedua profesi tersebut perusahaan, jenis
industri, dan jabatan yang berpeluang membuat karyawan mengalami stres dan
berpotensi menyebabkan karyawan bunuh diri.
-
Kasus Konflik
Kompleksitas Konflik
Lampung
Munculnya berbagai
kasus kerusuhan di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa potensi
konflik tak segera selesai dengan terbukanya keran demokratisasi. Dalam konteks
Indonesia, Baladas Goshal (2004) telah memperingatkan, terlepas sisi positif
yang dibawanya, demokratisasi juga memberikan peluang bagi meluasnya potensi
konflik.Belum lama ini konflik besar kembali terjadi. Kali ini menimpa Lampung
Selatan, tepatnya di wilayah Kalianda. Dalam kasus ini, soal pelecehan seksual
yang diduga sebagai pemicu konflik, yang telah menelan belasan korban jiwa ini,
sebenarnya hanyalah puncak dari gunung es.
Dilihat dari akar
penyebabnya, kasus Lampung—dalam batas-batas tertentu— dapat dikatakan bersifat
klasik. Di dalamnya melibatkan tipe konflik yang bernuansa primordial, yang
mengingatkan kita pada konflik yang terjadi di Sampit, Sambas, Kalbar, dan
sejumlah daerah pascareformasi. Meski sebagian kalangan melihat konflik
antarkampung di Lampung ini tak terkait masalah etnisitas, mengabaikan faktor
ini juga kurang tepat. Hal ini mengingat secara kasat mata pihak-pihak yang
berkonflik memiliki keterkaitan kuat dengan kedua etnis yang terlibat, yakni
etnis Lampung dan Bali.
Sejak kehadirannya,
etnis Bali—berbeda dengan orang Jawa—dipandang membawa persoalan tersendiri
bagi sebagian masyarakat Lampung. Gugus persoalan ini mencakup ”legitimasi
kehadiran” masyarakat Bali yang dipandang masih bermasalah karena menempati
wilayah yang belum sepenuhnya diizinkan ataupun karena perbedaan adat kebiasaan
dan agama. Kenyataan pula bahwa kedua etnis relatif hidup terpisah dalam nuansa
yang eksklusif (enclave). Tidak mengherankan jika kedua etnis itu kerap masih
merasa asing satu dan lainnya. Hal ini terjadi terutama di Lampung Selatan dan
Lampung Utara.
Solusi:
Solusi yang mungkin
adalah memperbaiki kinerja dan profesionalisme aparat keamanan agar dapat lebih
sensitif dan efektif mencegah serta menyelesaikan rangkaian konflik sejak dini.
Dibutuhkan pula sebuah desain besar dan pelembagaan pencegahan dan penyelesaian
konflik yang lebih kontekstual dengan melibatkan lebih banyak pemangku
kepentingan dan masyarakat di dalamnya.
II.
Komunikasi
Dalam Manajemen
A.
Pengertian
Komunikasi
Komunikasi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam menjabarkan pengertian antara
manajer dan orang lain. Sedangkan komunikasi dalam manajemen yaitu salah satu
tanggung jawab yang penting dari setiap manajer. Seringkali tampak bahwa
efektivitas manajer terletak pada
keahliannya dalam mengkomunikasikan gagasan.
B.
Jelaksan
Proses Komunikasi
1. Langkah
pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber atau komunikator.
2. Langkah
kedua, ide yang diciptakan tersebut kmudian dialih bentukan menjadi
lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirmkan.
3. Langkah
ketiga, pesan yang telah di-encoding tersebut
selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuia dengan karakteristik
lambang-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
4. Langkag
keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan presepsinya untuk
mengartikan maksud pesan tersbut.
5. Langkah
kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding, khalayak akan mangirim kembali pesan tersebut ke
komunikator.
C.
Jelaskan
Hambatan Komunikasi
Menurut Robbin bahwa hambatan
komunikasi terbagi menjadi:
· Persepsi Selektif, Konsep ini muncul
karena penerima dalam proses komunikasi secara selektif melihat dan mendengar
berdasarkan kebutuhan, motivasi, pengalaman, latarbelakang, dan karakteristik,
personal lainnya.
· Informasi Berlebih, batas setiap
individu dalam mengolah data terbatas dalam kapasitas tertentu. Bila
individu-individu memliki lebih banyak informasi daripada yang dapat mereka
pilah dan gunakan. Kecenderungan menyeleksi, mengabaikan, melewati, atau
melupakan informasi. Mereka tidak perduli apakah akibatnya adalah kehilangan
informasi dan komunikasi yang efektif.
· Emosi, adalah perasaan penerima pesan
pada saat menerima komunikasi yang akan mempengaruhi cara dia
menginterpretasikan.
· Bahasa, kata-kata bisa memiliki arti
yang berbeda bagi orang yang berbeda pula. Usia, pendidikan, dan latar belakang
budaya merupakan tiga dari variabel-variabel yang begitu mempengaruhi bahasa
yang digunakan seseorang dan definisi yang dia berikan ke kata-kata itu.
Biasasnya karyawan dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, sehingga
pengelompokkan karyawan ke dalam departtemen-departemen yang menciptakan
spesialis-spesialis yang mengembangkan jargon atau ”bahasa teknis”.
· Kegelisahan Komunikasi merupakan
hambatan terbesar terhadap komunikasi yang efektif. Orang yang menderita
kegelisahan komunikasi mengalami ketegangan dan kecemasan yang tidak pada
tempatnya dalam komunikasi lisan, tulisan, atau keduanya. Contohnya: orang yang
cemas dengan kemampuan lisannya merasa sangat gelisah bila harus menggunakan
telepon.
D.
Jelaskan
Pengertian Komunikasi Interpersonal Efektif dalam Organisasi
Melalui
komunikasi maka dapat memberikan keterangan tentang pekerjaan yang membuat
pegawai dapat bertindak dengan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan pada
waktu bersamaan dapat mengembangkan semangat kerja organisasi (Wursanto 1992:
60). Adanya kerjasama yang harmonis ini diharapkan dapat meningkatkan semangat
kerja para pegawai karena komunikasi berhubungan dengan keseluruhan proses
pembinaan perilakumanusia dalam organisasi.Semangat kerja dalam organisasi
dapat mempengaruhi hasil kerja dan pencapaian tujuan komunikasi dan hubungan
kerja yang terjadi dalam suatu instansi berkaitan dengan semangat melaksanakan
pekerjaan.Komunikasi yang efektif dapat mencapai saling pengertian antara
pegawai dan pimpinan sehingga terbentuk kondisi sosial yang dapat memotivasi
pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.Semangat kerja disini adalah
karyawan secara lebih giat melaksanakantugas-tugasnya, sehingga pekerjaan akan
dapat diselesaikan lebih cepat dan lebih baik
E.
Jelaskan
Model Pengolahan Informasi Dalam Komunikasi
Model Pengolahan
Informasi
·
Rational
Model ini berasumsi bahwa orang
beroperasi dalam model pengolahan dikontrol menggunakan prosedur analitis.
·
Limited Capacity
Model ini menunjukkan bagaimana
orang menyederhanakan pengolahan informasi.
·
Expert
Model ini bergantung pada model
limited capacity
·
Cybernetic
Model ini berpendapat bahwa
informasi diproses dari waktu ke waktu
F.
Jelaskan
Model Interaktif Manajemen Dalam Komunikasi
Model Interaktif
Manajemen Dalam Komunikasi:
1. Confidence dalam manajemen timbulnya
suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat
suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan
pengertian.
2. Immediacy Ini adalah model organisasi
yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3. Interaction management adanya berbagai
interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada
berbagai pihak yang bersangkutan.
4. Expressiveness mengembangkan suatu
komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5. Other-orientation dalam hal ini suatu
manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.
Sumber Referensi:
Empowerment, Sters dan
Konflik
Raharjo,
A. (2009). Buku Kantong Sosiologi SMA IPS. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Wrihatnolo,
R., R. (2007). Manajemen Pemberdayaan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Ibung,
D. (2008). Panduan bagi Orang Tua dalam Memahami dan Membimbing Anak. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Komunikasi Dalam Manajemen
Herujito,
Y., M. (2001). Dasar-dasar Manajemen. Bogor: Grasindo.
Suprapto,
T. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Jakarta: PT. Buku Kita.
Sukoco,
B., M. (2007). Manajemen Administrasi
Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar