Rabu, 17 Juni 2015

Pembelajaran Anak Berbakat


A.    Ciri-ciri Anak berbakat
- Menyebutkan dan menjelaskan ciri-ciri anak berbakat

1.    Anak tersebut memiliki keberbedaan atau ciri khas
Anak yang memiliki keberbedaan akan tampak ketika bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.  Biasanya anak tersebut memiliki tingkah laku yang lebih dewasa sehingga ketika bermain dengan teman seusianya, si anak akan cenderung memisah.  Tapi bukan berarti tidak mau bermain bersama atau malah takut berkumpul dengan teman seusianya.  Tapi tidak perlu khawatir karena anak akan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan bermainnya.

2.   Anak memiliki cara belajar yang berbeda
Biasanya sifat si anak tidak mau diam. Anak akan lebih cenderung aktif terhadap hal-hal baru.  Anak akan lebih suka untuk mengeksplore atau mempelajari lebih lanjut sesuatu yang ada disekelilingnya.  Tidak mau diam bukan berarti hiperaktif.

3.    Memiliki gaya bahasa yang lebih dewasa
Anak berbakat akan lebih cepat menyerap bahasa orang dewasa dan menirukannya.  Makanya jangan heran kalau si anak akan mengikuti atau berkata layaknya orang dewasa bahkan menirukan apa yang pernah kita ucapkan padanya.  Anak akan lebih cepat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.  Tutur katanya bisa lebih banyak lagi dan kompleks.

4.   Anak berbakat memiliki kosa kata yang banyak
Karena kemampuannya untuk menyerap bahasa lebih cepat maka si anak akan memiliki daya ingat kosa kata yang lebih banyak.  Sehingga si anak akan mengerti terhadap kata-kata yang diucapkan kepadanya.  Bahkan si anak akan bisa menyebutkan secara terperinci baik itu mengenai barang atau benda atau ketika menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.

5.   Kemampuan motorik kasarnya sempurna
Maksudnya adalah anak memiliki keterampilan yang lebih.  Misalnya sudah bisa memakai baju sendiri,  memegang benda dengan posisi yang benar tanpa kesulitan.  Untuk melatihnya maka selalu siapkan mainan yang menunjangnya untuk kemampuan tersebut.  Olahraga yang bisa diajarkan adalah berenang, memegang raket/tennis dan olahraga lainnya yang bisa mengasah kemampuan motorik kasarnya.

6.   Suka mengoleksi benda
Anak berbakat akan lebih senang untuk mengumpulkan benda-benda kesukaanya. Bisa mainan, baju, hiasan dan lain sebagainya.  Si anak menyukai karena bentuknya, warnanya, modelnya karena anak senang untuk membandingkan dan memilah-milah atau mengklasifikasi benda kesukaannya.

7.   Senang dengan membaca
Hampir 50 persen anak yang mempunyai bakat akan bisa membaca dari umur 2-2,5 tahun.  Bahkan ketika usia sekitar 1 tahunan anak akan mampu untuk membedakan gambar yang posisinya terbalik.  Selain itu si anak akan seolah-olah membaca dari kiri ke kanan.  Untuk merangsang agar anak suka membaca maka kita bisa melatihnya dengan mendongeng dengan buku atau bercerita.  Atau kita bisa menceritakan setiap kemasan yang dijumpainya.

8.   Kemampuan logika atau matematika
Anak berbakat akan mudah untuk memahami benda yag bersifat besar kecil, bisa membedakan banyak dan sedikit.  Selain itu anak juga akan mengerti mengenai berapa lama, berapa jauh dan berapa banyak.  Dan juga anak berbakat akan bisa membedakan posisi baik itu atas bawah, kanan kiri, maju mundur.

9.   Semangat rasa ingin tahu
Anak berbakat akan cenderung lebih banyak bertanya terhadap apa yang belum dimengerti.  Baik itu situasi di sekelilingnya dan ketika anak tidak paham maka si anak akan banyak bertanya.  Oleh karena itu peran orangtua adalah memberikan jawaban kepada si anak apabila si anak menanyakan tentang sesuatu yang belum diketahuinya.  Berilah penjelasan dengan baik dan jangan biarkan si anak tanpa jawaban.

10. Memiliki daya ingat
Daya ingat anak berbakat sangat tinggi.  Bahkan mampu untuk mengingat kejadian yang sudah lama dan mampu untuk mengungkapkannya kembali.

11. Stamina dan energi yang kuat
Dalam aktivitasnya, anak berbakat akan memiliki energi yang kuat untuk menunjangnya.  Maka jangan heran kalau si anak malah kurang tidur siang.  Karena anak lebih suka untuk bergerak.  Aktivitasnya cenderung fokus dan memiliki tujuan terhadap aktivitasnya tersebut.

12. Sosialisasi
Anak berbakat akan lebih senang untuk bermain dengan teman diatas usianya.  Dia akan lebih nyaman bermain dengan teman yang usianya lebih tua darinya (dewasa).  Dan cenderung ketika bermain dengan anak seusianya sianak merasa tidak nyaman.
Menurut para tokoh ciri-ciri anak berbakat:
            Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
·         Gemar membaca pada usia lebih muda
·         Membaca lebih cepat dan lebih banyak
·         Memiliki perbendaharaan kata yang luas
·         Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
·         Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
·         Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
·         Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
·         Memberi jawaban-jawaban yang baik
·         Dapat memberikan banyak gagasan
·         Luwes dalam berpikir
·         Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
·         Mempunyai pengamatan yang tajam
·         Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
·         Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
·         Senang mencoba hal-hal baru
·         Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
·         Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
·         Cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
·         Berperilaku terarah kepada tujuan
·         Mempunyai daya imajinasi yang kuat
·         Mempunyai banyak kegemaran (hobi)
·         Mempunyai daya ingat yang kuat
·         Tidak cepat puas dengan prestasinya
·         Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
·         Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Menurut Dedi Supriadi, anak berbakat memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak normal, karakteristik anak berbakat meliputi:
·         Memiliki kelebihan yang menonjol dalam kosa kata
·         Memiliki informasi yang kaya
·         Cepat menguasai bahan pelajaran
·         Cepat dalam memahami hubungan antar fakta
·         Mudah memahami dalil-dalil atau formula-formula
·         Memiliki ketajaman dalam menganalisis sesuatu
·         Gemar membaca
·         Peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya
·         Memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar
B.     Implikasi Dalam Pembelajaran (teori Barbe & Renzulli)
- Menjelaskan dan menerapkan pembelajaran anak berbakat sesuai dengan teori Barbe & Renzulli
Menurut Barbe dan Rezulli anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat tetapi juga menggunakan cara yang berbeda dari teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru disekolah mengalami kewalahan, bahkan sering terganggu oleh anak-anak seperti itu oleh karena itu Barbe dan Ranzulli menyimpulkan implikasi bagi guru untuk anak berbakat. 

Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
  • Guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
  • Guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
  • Guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
  • Guru memberikan tantangan daripada tekanan
  • Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
  • Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
  • Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
  • Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.  Selain itu orang tua diwajibkan dapat mengembangkan perhatian dan kesempatan pada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya serta memberi motivasi untuk berprestasi sebanyak mungkin. Intinya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama baik masyarakat, keluarga, maupun sekolah.
C.     Kurikulum Berdiferensi untuk Anak Berbakat
- Menjelaskan kegunaan kurikulum berdiferensiasi dan menjelaskan perbedaan dengan kurikulum umum
Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, efektif, dan psikomotorik anak. Menurut Sato (1982) kurikulum mencakup semua pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah, di rumah dan dalam masyarakat serta yang membantu mewujudkan potensinya.Berbeda dengan kurikulum umum yang bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak pada umumnya, maka kurikulum berdiferensiasi merupakan jawaban terhadap perbedaan-perbedan dalam minat dan kemampuan anak didik. Sehingga, dengan kurikulum berdiferensiasi setiap anak memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan kemampuannya tanpa harus terikat oleh satu kurikulum umum yang menyamaratakan kemampuan seluruh anak.
Kendati demikian, pada dasarnya kurikulum berdiferensiasi tetap bertitik tolak pada kurikulum umum yang menjadi dasar bagi semua anak didik. Kurikulum berdiferensiasi juga memberikan pengalaman belajar berupa dasar-dasar keterampilan, pengetahuan, pemahaman, serta pembentukan sikap dan nilai yang memungkinkan anak didik berfungsi sesuai dengan tuntutan masyarakat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan penjelasan di atas, Semiawan (1983) menyatakan bahwa bakat-bakat khusus baru dapat dikembangkan atas dasar kurikulum ini. Di samping itu, untuk dapat mewujudkan bakat yang khusus diperlukan juga pengalaman belajar yang khusus. Sehingga, pendidik juga dapat mengetahui keberbakatan anak dan memantaunya sesuai dengan kurikulum yang telah dideferensiasikan.
Menurut Kaplan (1977), perkembangan kurikulum dewasa ini menekankan penggunaan kurikulum secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa pada saat-saat tertentu siswa merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya.
Suatu kurikulum dapat berdiferensiasi melalui materi (konten atau muatan), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan majemuk, serta dapat dirancang dengan cara sebagai berikut. Pertama, kurikulum berdiferensiasi dengan cara menyesuaikan dengan kurikulum umum. Hal ini bisa dilakukan dengan (1) menambah hal-hal baru yang menarik dan menantang bagi anak berbakat. Misalnya dengan menambahkan muatan tugas yang dianggap menantang kemampuan yang dimiliki anak berbakat. (2) Mengubah bagian-bagian tertentu yang kurang sesuai. Karena anak berbakat memiliki kemampuan memahami pelajaran dan pengetahuan yang melampaui anak pada umumnya, biasanya pemberian materi kepada anak berbakat lebih menyesuaikan kemampuan anak. Sehingga, ada beberapa bagian yang diterima anak umum di kelas tetapi tidak diterima oleh anak berbakat. (3) Mengurangi kegiatan-kegiatan yang terlalu rutin. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak berbakat memiliki tingkat kemampuan memahami pelajaran yang lebih tinggi dibandingkan anak umum. Jadi beberapa kegiatan atau pelajaran dapat dikerjakan sendiri dan tanpa bantuan berarti dari pendidik sebaiknya dikurangi. (4) Meluaskan dan mendalami materi. Karena sifat yang cenderung kurang puas dan mendetail, pemberian materi pembelajaran kepada anak berbakat sebaiknya lebih diluaskan dan mendalam. Kedua, kurikulum berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang baru atau khusus. Cara kedua ini adalah dengan menggunakan kurikulum yang benar-benar berbeda dengan anak umum dan disesuaikan dengan keberbakatan anak.

Sumber:







Tidak ada komentar:

Posting Komentar